boleh di Copy dengan ketentuan mohon cantumkan Naqrasumber

Rabu, 22 September 2010

TBM untuk kita..

Artikel Mendirikan TBM, ala Mas Gola Gong, pendiri TBM Rumah Dunia, sekaligus Ketua Umum Forum TBM Indonesia.

Beberapa kali saya kedatangan tamu yang selalu minta diajari membuat proposal pembuatan taman bacaan masyarakat. Mereka adalah para mahasiswa. Mereka menduga, bahwa saya mendirikan taman bacaan masyarakat bernama Rumah Dunia dengan membuat proposal. Saya katakan kepada mereka, bahwa Rumah Dunia tidak dibangun dengan proposal, tapi dengan kata-kata. Juga Rumah Dunia tidak dibangun dalam waktu satu malam. Saya memberi resep yang tentu mudah mereka lakukan, yaitu membangun taman bacaan masyarakat dengan penuh rasa cinta, bukan dengan proposal. DIRI SENDIRI Saya mulai memimpikan membangun Rumah Dunia sejak sekolah di SMA (1980-an). Saya seolah gerilyawan; menyebarkan virus literasi dengan modal sendiri. Bersama beberapa sahabat, Toto ST Radik (penyair) dan (Alm) Rys Revolta, Si Uzi (Direktur BR TV), Andi Trisnahadi (percetakan Suhud Mediapromo-Serang), terus mengetuki pintu-pintu sekolah; ini literasi, ini literasi, siapa ingin maju! Ada yang menyambut, ada yang tidak peduli. Padahal tak ada sepeserpun kami minta ganti. Kami maklumi, karena di Banten masa itu lebih mementingkan otot ketimbang otak. Kami juga mencoba mengetuki para pembuat keputusan untuk meminta dana pembinaan bagi pemuda, tapi nihil. Mengurusi pemuda tidak popular. Apalagi membuat perpustakaan. Kami dicap seniman tanpa tahu aturan, karena tidak bisa jualan proposal dengan produk serindang beringin dan dengan cara berdasi. Lalu, kami bermarkas di trotoar, di kamar, di alun-alun, hingga lapangan parkir gedung olahraga. Lelah juga. Staregi perangnya, mimpi harus ditunda. Akhirnya saya membuat keputusan, idealisme harus diongkosi sendiri. Maka bekerjalah saya di Jakarta sejak 1989 hingga 2008; menjadi wartawan, menulis novel, dan menulis scenario TV di televisi. Kemudian pada tahun 2000 bersama istri tercinta – Tias Tatanka – meniatkan diri, bahwa membuat taman bacaan masyarakat adalah bagian dari ibadah, tidak sekedar menyisihkan kewajiban sebagai warga negara yang diamanatkan di UUD 45 atau zakat sebesar 2,5%. Ini semua karena rasa cinta kepada anak-anak, yang juga berhak mendapatkan kesempatan mengenyam pendidikan setinggi mungkin. Itu sebabnya kami mengukir sebuah kalimat di prasasti garasi rumah: Rumahku Rumah Dunia, kubangun dengan kata-kata! Itu artinya, Rumah Dunia memang dibiayai dari honorarium novel-novel saya. Dari profesi saya sebagai penulis. Lantas, alhamdulillah, kami berhasil membeli tanah seluas 1000 M2 dari royalty novel Balada Si Roy, Al Bahri, dan Pada-Mu Aku Bersimpuh. Juga dari beberapa skenario film atau sinetron yang saya tulis. Selain rasa cinta, begitulah idealisme harus diwujudkan: dengan uang. Dan itu harus diri sendiri yang memulai, bukan orang lain. Mengeluarkan uang dari dompet sendiri untuk membangun taman bacaan masyarakat, memang dibutuhkan keberanian. Bukan berarti ini keharusan. Tapi, ini memang pilihan hidup. Jangan pernah berpikir, bahwa membangun atau mendirikan taman bacaan masyarakat itu untuk kepentingan atau keuntungan pribadi. Apalagi untuk kepentingan politik sesaat. Jika itu tujuannya, insya Allah, TBM kita hanya akan hidup ketika block grant datang, lalu hilang bulan mendatang.

PROMOSI Kami santai saja menggerakkan Rumah Dunia. Kami hanya memikirkan program atau kegiatan Rumah Dunia, bukan sibuk mengikuti pelatihan pembuatan proposal yang baik untuk mendapatkan block grant. Kami tidak pernah takut, kalau mengeluarkan uang dari kocek sendiri akan membuat kami miskin. Saya menerapkan sebuah aturan kepada para relawan, yaitu jika tidak punya uang, maka mari bersedekah pikiran (ilmu dan relasi), tenaga, atau bahkan do’a saja itu lebih dari cukup. Tapi saya tidak tinggal diam. Saya menyadari, tidak selamanya saya mampu membiayai Rumah Dunia. Saya mulai membangun jaringan ke 1001buku, Forum Indonesia Membaca, perusahaan-perusahaan, serta peresorangan. Setiap minggu saya rutin menulis “Jurnal Rumah Dunia” di Koran Radar Banten dan Banten Raya Pos, diposting di milis-milis. Jurnal itu tidak pernah terputus. Juga mencetak brosur, liflet, baner, baliho di Suhud Media promo dengan cara barter logo. Hingga pada Desember 2004, Andre Birowo dan Noval Y. Ramsis menyatakan diri jadi relawan dengan membuatkan situs www.rumhdunia.net. Bertempat di senayan@library, Depdiknas Jakarta, www.rumhdunia.net pun diluncurkan. Maka, Rumah Dunia semakin leluasa mempublikasikan kegiatannya. Setiap prusahaan atau lembaga yang memndukung Rumah Dunia, logonya ditampilkan di www.rumahdunia.net. KARAKTER TBM Rumah Dunia memiliki kekhasan, yaitu kemampuan para pengelolanya di dunia sastra, jurnalistik, teater, menggambar dan film. Saya mengajar di Kelas Menulis Rumah Dunia (KMRD), yang bergulir pada Januari 2002. Setelah 2 tahun, pada 2004 mulai menampakkan hasilnya. Kami menulis sekitar 5 buku kumpulan cerpen dan 50% honor penulisnya disumbangkan ke Rumah Dunia. Para lulusan KMRD pun bekerja menjadi wartawan dan mulai daftar sebagai donatur tetap, mulai dari angka Rp. 50.000,- Berkat situs www.rumahdunia.net, akhirnya banyak televisi swasta meliput Rumah Dunia. Lembaga atau yayasan seperti Yayasan Tunas Cendekia, Yayasan Nurani Dunia datang menyumbang buku dan computer. Orang per-orangpun berdatangan dan siap menjadi donatur tetap. Walaupun belum maksimal tapi sungguh sangat membantu. Terutama bagi saya dan sekeluaga menjadi lebih ringan membiayai kegiatan Rumah Dunia. Karakter atau kompetensi menulis dijadikan sebagai potensi Rumah Dunia. Kami memproduksi kata-kata. Terbukti kami banyak melakukan kerjasama dengan penerbit; Gramedia, Gagas Media, Eles Media, Mizan, Zikrul Hakim, Senayan Abadi, KPG, Salamadani, Bentang, Tiga Serangkai, dan GIP. Beberapa relawan Rumah Dunia ada yang sudah menerbitkan novel. Bahkan Gagas Media dan Mizan jadi donatur rutin perbulan. Memang belum maksimal, tapi kami sudah merasakanm, bahwa kemampuan menulis kami ini bia dimanfaatkan untuk penggalangan dana operasional Rumah Dunia. Terjadi simbiosis-mutualisme di antara kami dan penerbit. JEJARING Semua pengelola TBM pasti merasakan, betapa sulit menghidupi TBM. Saya juga yakin, semua pengelola TBM pasti memlainya dari kocek sendiri. Kadang kita berharap, bahwa ada lampu Aladin nyasar ke TBM kita dan kita diberi kesempatan 3 permintaan. Tentu saya akan meminta; pertama block grant, kedua block grant, ketiga juga block grant!

Tapi, jika kita hanya berharap kepada Jin Aladin bernama block grant, saya tidak yakin TBM yang kita kelola akan berumur panjang. Menerima block grant sah-sah saja, itu sudah jadi hak kita. Tapi, coba bayangkan, jika semua pembiayaan TBM di Indonesia yang ditaksir berjumlah lebih dari 5000 TBM harus ditanggung oleh pemerintah! Saya tahu setiap tahun ada 3 jenis block grant yang disalurkan ke TBM-TBM, yaitu tipe A (Rp. 50 jt), tipe B (25 jt), dan TBM perintis (Rp. 15 jt). Berapa bulankah dana itu sanggup menyambung nafas TBM? Rumah Dunia juga pernah mendapatkan block grant dari Depdiknas 2 kali, tipe B (Rp. 25 jt) pada 2006 dan 2007. Itu jelas tidak cukup. Inginnya kami setiap tahun mendapatkan dana block grant, karena setiap bulan kami harus mengongkosi operasional sebesar antara Rp. 5 jt hingga Rp. 6 jt. Berarti setiap tahun sekitar Rp. 72 jt. Itu belum termasuk kegiatan besar berskala nasional seperti “Ode Kampung”, “Pesta Anak”, “Pesta Rumah Dunia”, dan “Keranda Merah Putih”, yang bisa menelan biaya puluhan juta. Tapi, juga tidak bijaksana jika tangan kita menadahkan terus ke Depdiknas atau Dindik, berharap block grant datang. Lntas bagaimana caranya? Ini gampang-gampang susah atau susah-susah gampang. Harus bersabar. Kami di Rumah Dunia terus saja berkegiatan (ikhtiar) smbil terus berdo’a, semoga ada orang “gila” seperti John Wood (mantan karyawan Microsoft) atau Sampoerna Foundation atau Eka Tjipta Foundations atau Djarum atau siapa saja yang banyak duitnya datagn ke Rumah Dunia dan menggelontorkan CSR (corporate Social Responsibility)-nya! Tapi bermimpi terus juga tidak baik. Maka sebagai pengelola TBM haruslah putar otak. Kita harus mau dan rajin menulis jurnal TBM kita di internet, menyebar brosur, atau menghadiri pameran-pameran komunitas literasi (World Book Day versi Forum Indonesia Membaca). Dari situlah kita bisa membangun jaringan dan menjadi tahu, bahwa sebetulnya ada peluang mencari dana untuk menghidupi TBM. Ada banyak dana CSR di perusahaan-perusahaan, walaupun Rumah Dunia belum maksimal mendapatkannya. Rumah Dunia pernah mendapatkan dana CSR dari RCTI Peduli sebesar Rp. 14 jt (2004), XL Care berupa bajay library dan uang Rp. 10 jt (2007), Tupperware sejumlah Rp. 50 jt (2009), Bellsoap dan Marqueen untuk pembebasan tanah Rumah Dunia sebesar Rp. 100 jt (2009). Yang paling heboh ketika Rumah Dunia menggalang dana pembebasan tanah di jejaring social facebook; terkumpul Rp. 300 jt lebih. Tanah seluas 970 m2 dan 225m2 berhasil kami bebaskan berkat bantuan para facebooker! Kami betul-betul membuka diri kepada siapa saja yang mau membantu Rumah Dunia; tidak peduli pandangan politik atau warna seragamnya. Bahkan mereka langsung kami tawari posisi penasehat. Kami sudah sebarkan pengumuman, bahwa Rumah Dunia adalah rumah bersama bagi yang ingin belajar berbagi rasa, cinta, dan ilmu. Hingga hari tercatat 25 penasehat Rumah Dunia. Tentu saja semakin banyak penasehat, semakin banyak relasi, banyak kesempatan, banyak donatur. Tercatat di antaranya DR. Zulkieflimansyah, SE, MSc (anggota DPR RI), Dodi Nandika (Sekjen Depdiknas). Ahmad Mukhlis Yusuf (Direktur Antara Nesw), dan Wien Muldian (Direktur Forum Indonesia Membaca), MERCHANDISE Selain jejaring (networking), kami juga mengoptimalkan kemampuan para relawan Rumah Dunia yang rata-rata di sastra, teater, dan film. Maka mulailah kami menyebar; ada yang menulis novel, mengadakan pelatihan menulis, bekerja di koran dan televisi local. Ketika gajian, mereka memberikan infaq-sodaqahnya sekitar Rp. 50.000,-/orang. Juga membuat merchandise Rumah Dunia; pin, stiker, gelas mug. Merchandise ini memang belum maksimal, tapi terus kami upayakan. Membuka lini unit usaha juga kami lakukan, yaitu membuat penerbitan GONG Publishing. Kami berharap, lini penerbitan ini bisa berhasil. Langkah pertama adalah menerbitkan ulang buku-buku karya saya; Balada Si Roy. Dengan system print on demand, diharapkan proyek pertama ini memperoleh keuntungan. Sekitar 25% dari lba akan disumbangkan ke Rumah Dunia. Pada periode Firman Venayaksa sebagai Presiden Rumah Dunia, kami sangat lentur dan menyesuaikan dengan perkembangan jaman. Rumash Dunia yang segalanya serba gratis, mulai berbenah. Program beasiswa harus tetap berjalan dan butuh dana, wisata gambar, dongeng, mengarang, study tour bgi anak-anak juga harus tetap bergulir. Itu semua butuh dana. Kami berencana mulai Agustus 2010 memberlakukan system subsidi silang. Ini adalah bagian dari mengoptimalkan dana dari masyarakat dengan cara elegan atau win-win solutions. Mislnya, Kelas Menulis Rumah Dunia yang diasuh Gol A Gong mulai angkatan ke-16 (Agustus 2010) tidak lagi gratis, tapi infaq Rp. 50.000,-/orang/bulan. Peserta dibatasi antara 25 – 50 orang. Ini setahap menuju fase professional, tapi tetap berlandaskan social. Begitu juga dengan internet, yang selama ini gratis akan kami ubah jadi warnet Rumah Dunia. Dengan cara ini, selain dari para donatur yang belum maksimal, Rumah Dunia juga - insya Allah – akan memiliki unit usaha yang bisa membantu menggulirkan kegiatan Rumah Dunia. Tahun 2010 ini, tema besar kegiatan Rumah Dnia adalah “Change With Reading”. Kami membutuhkan dana sebesar Rp. 300 juta lebih! Agenda januari dan Februari berhasil kami lewati. Kas kami sekitar Rp. 20 jt lagi, sisa dari penggalangan dana pembebasan tanah Rumah Dunia tahap kedua di facebook. Inilah pengalaman yang pernah saya alami dalam memaksimalkan potensi dana masyarakat. Selanjutnya, kita saling berbagi pengalaman saja, karena saya yakin di antara para pembaca ada yang lebih profesional dibandingkan saya dalam menggali potensi dana masyarakat untuk kemajuan Taman Bacaan Masyarakat! Hidup literasi! (*)

PERSYARATAN DAN PROSES PENDIRIAN LEMBAGA PENDIDIKAN NONFORMAL

PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat) 1. Ada Dewan Pembina minimal 1 orang 2. Dewan Pengawas Minimal 1 orang 3. Ada pengurus harian yang terdiri dari ketua, bendahara dan sekretaris 4. Photo Copy KTP semua anggota Yayasan/LSM 5. Surat Domisili Lembaga dari Kepala Desa Setempat 6. Semua ini dibawa ke Notaris Notaris akan membuat duplikasi Akta (copian) untuk persyaratan Pembuatan NPWP Mengurus Surat Izin Operasi Dari Dinas Pendidikan Kabupaten/kota Setempat

TBM (Taman Belajar Masyarakat) 1. Ada Dewan Pembina minimal 1 orang 2. Dewan Pengawas Minimal 1 orang 3. Ada pengurus harian yang terdiri dari ketua, bendahara dan sekretaris 4. Photo Copy KTP semua anggota Yayasan/LSM 5. Surat Domisili Lembaga dari Kepala Desa Setempat 6. Semua ini dibawa ke Notaris Notaris akan membuat duplikasi Akta (copian) untuk persyaratan Pembuatan NPWP Mengurus Surat Izin Operasi Dari Dinas Pendidikan Kabupaten/kota Setem

PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) 1. Ada Dewan Pembina minimal 1 orang 2. Dewan Pengawas Minimal 1 orang 3. Ada pengurus harian yang terdiri dari ketua, bendahara dan sekretaris 4. Photo Copy KTP semua anggota Yayasan/LSM 5. Surat Domisili Lembaga dari Kepala Desa Setempat 6. Semua ini dibawa ke Notaris Notaris akan membuat duplikasi Akta (copian) untuk persyaratan Pembuatan NPWP Mengurus Surat Izin Operasi Dari Dinas Pendidikan Kabupaten/kota Setempat

Contoh:

Model TBM

PUSAT PENELITIAN KEBIJAKAN DAN INOVASI PENDIDIKAN

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

JAKARTA

MODEL TBM DI TEMPAT UMUM

A. Konsep Model

B. Model

1. Hasil

2. Masukan (input)

3. Proses (Pengelolaan TBM

Konsep Model

Konsep TBM

TBM adalah sebuat tempat/ wadah yang

didirikan dan dikelola baik masyarakat

maupun pemerintah untuk memberikan

akses layanan bahan bacaan bagi

masyarakat sekitar sebagai sarana

pembelajaran hidup dalam rangka

peningkatan kualitas hidup masyarakat

sekitar TBM

HASIL

Hasil yang diharapkan dengan

menerapkan model:

Hasil jangka pendek (output)

Hasil jangka panjang (outcome)

Dampak (impact)

Manfaat (benefit)

Hasil jangka pendek (Output)

Masyarakat secara umum semakin

terdorong mengunjungi dan

memanfaatkan sebagian waktunya

untuk membaca, baik di TBM maupun

meminjam buku untuk dibaca di

rumah

Hasil jangka panjang (Outcome):

Minat baca masyarakat meningkat

Keterampilan membaca masyarakat

meningkat

Kebutuhan masyarakat akan

informasi terpenuhi

Keterampilan bekal hidup

masyarakat meningkat

Dampak (Impact):

Masyarakat berbudaya baca (reading

society) dengan memiliki rasa

apresiatif terhadap sesama dan alam

MASUKAN:

Masukan mentah (raw input)

Masukan pendukung (instrumental

input)

Kondisi lingkungan (environmental

input)

PROSES (PENGELOLAAN TBM)

• Pendirian

• Pelaksanaan

• Kesinambungan

MASUKAN MENTAH (RAW INPUT)

Warga masyarakat yang telah memiliki

kemampuan membaca, butuh

peningkatan wawasan, sulit akses bahan

bacaan.

Pendirian :

• Visi, misi, dan tujuan

• Struktur

• Status

• Strategi

Visi,Misi dan Tujuan

Visi

Visi disusun sebagai landasan umum yang

digunakan dalam mencapaicita-citaModel.

Visi TBMuntuk menciptakan Reading Society,

atau menciptakan budaya baca sebagai bagian

dari kehidupan masyarakat Indonesia

Masukan pendukung (Instrumental

input):

Sumber daya fisik

Sumber daya finansial

Sumber daya manusia

Sumber daya Jaringan

• Misi .

Memasilitasi kebutuhan masyarakat sasaran dengan

menciptakan program-program yang menarik, kreatif

dan inovatif

Menyediakan bahan bacaan yang sesuai dengan

kebutuhan masyarakat yang menjadi sasaran dan

selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi

Mengembangkan komunitas masyarakat gemar

Membaca

Kondisi Lingkungan (Environmental input)

Kondisi dan potensi lingkungan di sekitar

TBM yang dapat mempengaruhi berbagai

aktifitas di TBM

Keadaan lingkungan perlu

dipertimbangkan dalam pendirian TBM

Tujuan

•Memperluas pengetahuan dan wawasan

masyarakat

•Menaningkatkan keterampilan bekal

hidup masyarakat dan memenuhi

kebutuhan masyarakat akan informasi

•Terciptanya masyarakat gemar membaca

Struktur organisasi

Penasehat

Ketua

Sekretaris Bendahara Koordinator Program Pustakawan

Penanggung jawab kegiatan Penanggung jawab kegiatan

Status bagi TBM merupakan sarana untuk

mendapat pengesahan dari masyarakat &

sarana mendapat dana dari pemerintah.

Status TBM:

TBM dikatakan legal jika sudah mendapat

pengesahan, baik dari forum TBM,

pemerintah mulai dari tingkat

desa/kelurahan hingga kabupaten/kota

(dinas pendidikan kecamatan, kab/kota)

ataupun notaris

Strategi

Strategi pendirian TBM dan pelaksanaan

program-programnya:

Pengetahuan akan kebutuhan masyarakat

Koordinasi, kerjasama, dan pendekatan

dengan tokoh masyarakat.

Terbuka kepada masyarakat sekitar.

Sosialisasi kepada masyarakat tentang

nilai-nilai yang akan diusung oleh TBM

melibatkan masyarakat dalam kepengurusan dan pengelolaan

Pelaksanaan :

Pelaksanaan kegiatan perlu didukung oleh

manajemen yang profesional dan perlu adanya

:

Perencanaan kegiatan

Kegiatan pembelajaran

Sosialisasi

Monitoring dan evaluasi

Perencanaan kegiatan:

Rencana jangka pendek

Rencana jangka menengah

Rencana jangka panjang

Pelaksanaan kegiatan:

Jenis kegiatannya

Bentuk kegiatan

Tujuan Kegiatan

Waktu kegiatan

Pelaksanaan kegiatan:

Jenis kegiatannya

Bentuk kegiatan

Tujuan Kegiatan

Waktu kegiatan

Sosialisasi

Berdirinya TBM minimal perlu diketahui oleh

masyarakat.

Sosialisasi dapat dilakukan dengan cara:

Sering mengadakan pertemuan dengan

masyarakat

Menciptakan acara-acara yang menarik

Menyebarkan brosur atau leaflet

Monitoring dan evaluasi

Monitoring dapat dilakukan oleh Pengurus,

pengelola, penyandang dana, pemerintah

dengan melibatkan tokoh masyarakat atau

warga sekitar.

perlu Menetapkan :

indikator monitoring

indikator evaluasi

KESINAMBUNGAN:

• Pengembangan organisasi

• Pengembangan sumber daya

• Pengembangan kegiatan

Pengembangan organisasi

Pengembangan organisasi :

• Penelitian dan pengkajian potensi

dan masalah,penetapan prioritas

program, pembuatan standar

operasional program,Pemupukan

kreatifitas pengelola,Pendampingan

yang kontinyu dari pihak pemangku

kebijakan

• Peningkatan pengelola, studi

banding, bermitra dan jejaring

Pengembangan sumber daya :

Pengembangan sumber daya :

– Meningkatkan kemampuan tutor,

fasilitator dan pengurus.

– Mengaktifkan kegiatan forum-forum

untuk memperluas jaringan

– Memperhatikan variasi bahan bacaan,

dan penggunaan alat bantu belajar.

Pengembangan Kegiatan :

• Evaluasi terhadap program yang

sudah dilakukan analisa kembali

terhadap prioritas pelaksanaan

program

• Peningkatan kerjasama dengan

para stakeholders

• Pelatihan, studi banding, dan

Magang

terima kasih apabila ada kesalahan mohon koreksi

Tidak ada komentar:

journalism

Feature

Selain keterampilan memberikan laporan yang bersifat hardnews, seorang jurnalis sebaiknya memiliki kemampuan membuat feature. Jika dalam menyusun laporan yang sifatnya lugas, prinsip 5W 1H menonjol, maka dalam laporan bersifat feature kaidah itu tidak selalu pas.

Berita lebih menekankan kepada angle yang disesuaikan dengan kebijakan editorial, maka laporan yang bersifat feature lebih dalam lagi. Seorang wartawan yang menyusun sebuah feature biasanya memiliki pemahaman yang kuat terhadap kebijakan editorial sebuah surat kabar atau majalah atau media elektronik.

Berita kebakaran misalnya. Dengan mengandalkan prinsip 5W 1 H maka seorang jurnalis tinggal melihat mana angle yang tepat. Apakah dia akan mengangkat gedungnya yang terbakar karena museum? Atau apakah dia akan mengangkat soal korbannya karena dari satu rumah jompo semuanya meninggal dilalap api. Setiap jurnalis akan berbeda dalam mengangkat lead beritanya.

Feature berbeda dengan berita biasa. Di dalam penulisan feature faktor manusiawi lebih menonjol dibandingkan berita yang sifatnya lugas. Berita yang sudah terlambat tetapi layak diangkat lagi, misalnya tingkat pembunuhan di Jakarta, bisa menjadi feature menarik akhir pekan misalnya berdasarkan sedikit riset.

Untuk menulis feature ada beberapa hal penting.

1. Feature menekankan aspek penyajian yang menyentuh hati, bukan hanya informasi. Sebuah feature yang baik adalah laporan yang disusun berdasarkan konsep untuk memperkuat appeal terhadap pembaca. Nasib naas seorang pemulung yang meninggal ditabrak mobil mewah dimana ternyata dia meninggalkan keluarga dengan anak lima, misalnya, akan menyentuh pembaca untuk membantu keluarga yang ditinggalkannya. Sentuhan terhadap perasaan pembaca ini bisa dimulai dari kalimat pertama. Misalnya, canda dan tawa dua anak dari korban tabrakan itu seolah melupakan duka ayahnya yang tidak bisa ditemui lagi esok harinya. Sudut pandang penulis melihat nasib keluarganya ditambah data statisik mengenai jasa pemulung membersihkan kota Jakarta, contohnya, membuat feature itu akan menarik.

2. Sajikan fakta-fakta yang kuat. Anda tidak hanya harus membuat feature dengan menyentuh tetapi buatlah fakta dalam konteks yang kuat. Seorang pemulung yang meninggal dalam kecelakaan lalu lintas bisa diangkat sebagai masalah ketidakberdayaan kaum papa di jalan. Berapa korban tabrakan di Jakarta per bulan atau per tahun ? Feature akan memiliki nilai tinggi, meskipun dirangkum dalam dua kalimat. Atau bisa pula berapa pemulung di Jakarta menurut taksiran. Angka-angka akan memperkuat bobot feature.

3. Selain menempatkan kasus dalam konteks lebih luas, feature juga sebaiknya penuh dengan warna. Percakapan, cerita dan penuturan yang mengalir merupakan kunci penting menuangkan sebuah karya jurnalistik dalam bentuk feature. Dalam kasus pemulung yang meninggal tadi, jika penulisnya turun ke jalan berbincang dengan keluarga dan kerabat serta rekan-rekannya, maka percakapan itu akan berarti banyak dalam mengekspresikan kesedihan mereka. Si pemulung yang meninggal misalnya seorang yang jujur dan sopan. Dia tidak pernah ceroboh di jalan. Beberapa kalimat dari lokasi kejadian akan meningkatkan kualitas feature.

4. Selain membuka dengan kalimat yang menyedot pembaca masuk ke dalam, jalinlah ceritanya untuk tetap mendorong pembacanya mengikuti sampai akhir. Dengan menuliskan feature mengikuti kaidah cerita maka pembaca dihadapkan pada sebuah kisah kehidupan yang nyata tetapi berwarna di dalamnya. Pembuka yang kuat ditambah dengan tubuh feature yang berwarna disertai penutup yang mengguncangkan pembacanya akan memberikan daya tarik tersendiri feature Anda. Tidak perlu seorang jurnalist menuangkan dengan kata-kata yang superlatif, cukup menulis fakta, menyampaikan ekspresi keluarga dan kerabat korban dan diakhiri dengan beratnya perjuangan hidup pemulung di tengah bahaya lalu lintas, akan menjadikan feature tersebut layak dibaca tuntas.


By Editor